Intip Berita, SIANTAR - Cerita pilu dari remaja yang selalu dimusuhi dan dibenci kehadirannya oleh ibu tiri dan ibu angkat,remaja berinisial R (13), warga Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, diusianya yang masih sangat muda, ia harus merasakan siksaan bahkan digarap (diperkosa) hingga beberapa kali oleh orang tua angkatnya.
Pada hari Senin (10/10/2016) R bercerita tentang masa kelamnya itu. Ungkapnya, awal penderitaan yang ia alami terjadi setelah ibu kandungnya meninggal di Kota Pekanbaru (Riau), selepas kepergian sang ibu, ia bersama ayahnya hijrah ke Sumatera utara.
“Awalnya kami tinggal di Pekanbaru, setelah ibu meninggal, ayah menikah lagi dengan boru hasibuan di Balige. Tapi dibenci oleh ibu tiri dan malah tidak suka melihatku hingga aku terus dipukuli dan diperlakukan secara kasar,” ungkapnya kepada wartawan di Kantor Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar.
Selain tidak pernah mendapat kasih sayang, R kerap digarap paksa oleh orang tua asuhnya saat di Kota Pematangsiantar pada tahun 2013 lalu.
“Kelas 3 saya tinggal di rumah amang boru (paman) Pardede. Kelas 1 dan 2 saya di Balige sekolah. Saat di rumah amangboru ini aku sudah lima kali diperkosa. Pertama kali di ruang tamu. Kedua di kamar belakang. Ketiga di kandang babi. Keempat dan kelima kalinya di sawah,” ungkapnya pilu.
Belakangan, tindak kejahatan itu terkuak setelah diketahui oleh gurunya Sorta Simanjuntak, ketika R menceritakan apa yang dialaminya kepada teman-teman sekolahnya dan menyebar hingga ke guru sekolah.
Kemudian setelah peristiwa ini, pelaku pun dilaporkan oleh guru yang mengetahui kejadian ke Polres Pematangsiantar yang menurut (R) bahwa pelaku pemerkosanya sudah dipenjara saat itu.
Dan akhirnya dirinya dipindahkan oleh Sorta Simanjutak ke sekolah dasar yang ada di Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, dan mulai saat itu juga (R) tinggal di rumah Sorta Simanjuntak.
Mirisnya, setelah tinggal di sana, ia kembali mendapat perlakuan kasar berlangsung hingga tiga tahun lamanya. “Disana juga saya kerap mendapat siksaan. Setiap hari saya harus ke sawah. Harus membersihkan rumah dan mencuci.”
“Setiap kali salah akan dipukul sama ibu itu. Saya pernah dipukul pakai sapu di kamar mandi, pernah ditunjang (ditendang) saat di sawah, pernah di pukul pakai selang di kamar mandi. Bahkan kepala saya pernah bocor karena dipukul pakai kayu yang ada pakunya,” katanya lagi.
Kerap mendapat sikasaan, R ahirnya pindah pindah ke rumah guru olahraganya pada bulan September lalu lantaran telinganya mengelurkan darah setelah dipukul.
“Karena guru olahraga saya tahu. Terus melapor kami ke Polisi dibawa bapak itu. Sekarang saya udah tinggal sama pak guru olahraga,” ujarnya seraya menunjukan luka di kepalanya.
(ring/pojoksumut/sdf)
Post a Comment