Halloween party ideas 2015

Setelah Tonton Adegan Dewasa, Anak Perempuan 7 Tahun ini Cerita Kepada Ibunya
Foto ilustrasi

Pendidikan - Semua orangtua tentu menginginkan anaknya tumbuh sebagaimana usianya, dengan akal dan pikiran sehat tanpa terkontaminasi virus pornografi. Segala upaya pun dilakukan orangtua demi menjaga agar anak-anak mereka terhindar dari tayangan yang bisa merusak moral. Upaya tersebut bukanlah hal yang mudah. Sebab setiap hari di sekeliling anak kita bertebaran perangkap yang dapat menghancurkan masa depannya. Perangkap itu bisa dalam bentuk teman, buku bacaan, dan teknologi.

seorang pengunjung blog iwanyuliyanto.co (ibu Shinta Dewi) meminta nasehat atas kejadian yang dialami anaknya yang terpapar pornografi. Saya share pertanyaannya di sini, sebagai bahan brainstorming untuk para pembaca.
 
Pertanyaan:

Anak perempuan saya umur 7 tahun, pak, saya tidak memberikan hp atau smartphone, tapi betapa kagetnya ketika anak saya bercerita pernah melihat video adegan dewasa alias p0rn0 meski tidak sampai selesai. Bagaimana caranya mengatasi atau menerangkan kalau yang dilihat dia itu tidak baik, saya panik, pak, sampe bingung padahal selama ini waktu sekolah padat, maupun sekolah mengajinya saya takut anak perempuan saya itu penasaran. Mohon pencerahan ya, pak. Sebelumnya terimakasih.

Shinta Dewi

Jawaban:

Dear Ibu Shinta Dewi yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Saya bisa merasakan kepanikan ibu dan prihatin dengan apa yang dialami anak ibu yang telah terpapar pornografi.
 
Langkah ibu sudah tepat, dengan tidak memberikan hp atau smartphone pada anak ibu di-usianya yang masih 7 tahun. Namun demikian, (terlepas dimana dan dari mana anak ibu melihat video tersebut) apa yang dialami anak ibu adalah fakta bahwa negeri ini belum aman bagi tumbuh kembangnya anak dengan pikiran yang sehat karena dikepung oleh serbuan pornografi.

Mengapa bisa begitu?
Anak bisa saja diproteksi dengan pembatasan pemberian hp atau gadget, juga pembatasan kebebasan akses internet oleh orangtuanya; NAMUN yang sering orangtua lengah dan tidak sadari adalah lingkungan pertemanan si anak. Tidak menutup kemungkinan ada teman anak ibu yang ‘bebas’ dan mudah mengakses materi pornografi. Teman anak ibu tersebut mendownload materi pornografi baik dalam bentuk gambar maupun video dan menyimpannya di dalam gadget-nya. 

Materi yang ia download bisa berasal dari situs-situs adegan dewasa, atau para WTS yang jual diri lewat media sosial. Ada kecenderungan, seorang anak akan merasa bangga bila dianggap lebih dewasa di lingkungan teman-teman sebayanya. Demi mendapatkan pengakuan, ‘si anak smartphone’ tersebut akan memamerkan ‘kebebasan’ yang ia miliki. Dari sini, besar kemungkinan anak ibu dipertontonkan video adegan dewasa oleh anak yang matang sebelum waktunya.

Kemungkinan lainnya bisa saja anak ibu menonton video adegan dewasa yang disimpan di dalam PC atau hp oleh salah satu anggota keluarga di dalam rumah. Semoga kemungkinan ini salah, artinya tidak ada anggota keluarga yang menyimpan materi pornografi. Namun demikian ibu harus memastikannya.

Kemungkinan lainnya, anak ibu bebas mengakses situs-situs dewasa (baik di rumah maupun di warnet) tanpa sepengetahuan orangtuanya. Memang tidak mungkin orangtua akan berada 24 jam mendampingi anak dalam mengakses internet, terlebih bila orangtua yang kesehariannya bekerja di luar rumah.

Lantas apa yang harus dilakukan orangtua menghadapi anak yang pernah menonton video
adegan dewasa?

1. Jangan panik

Perasaan shock dan sedih itu sudah pasti. Namun sebagai orangtua, sedapat mungkin bisa bertindak bijak dan tenang saat menghadapi kepanikan. Jangan panik, karena bila panik, maka biasanya dibarengi dengan sikap emosional yang tidak pada tempatnya. Anak yang dimarahi dengan emosi tingkat tinggi cenderung akan semakin menutup diri dan tak mau terbuka menyampaikan perasaannya.
 
Saat anak ketahuan menonton video adegan dewasa, ada kemungkinan akan mencoba berani berbohong demi menyelamatkan dirinya. Tentu ia tak ingin orangtuanya tahu sepak terjangnya baik di dalam maupun di luar rumah. Oleh karena itu, hindarilah meluapkan kekesalan dengan kalimat yang menyakitkan. Hal tersebut hanya akan melukai perasaan anak dan ia akan semakin jauh dari kontrol orangtuanya. Bila merasa kesal, mau marah, maka kuasailah diri kita dahulu sampai kita merasa lebih tenang.

2. Bicara pada anak seperti layaknya kepada sahabat

Setelah kita merasa mampu menguasai diri, barulah ajak anak untuk bicara dari hati ke hati.
Tanyakan bagaimana perasaan anak, apakah yang ia pikirkan sejak melihat video tersebut. Biarkan anak bicara sampai selesai, jangan dipotong. Namun, bila anak terlihat bingung, rangkul dia sehingga menjalar magnet positif yang mendamaikan dari orangtuanya.
Setelah anak selesai menyampaikan segala ekspresinya, berilah motivasi dan pesan-pesan moral, anak bisa kita ajak untuk lebih berpikir bijak terhadap apa yang ia lakukan. Poin-poin penting yang perlu disampaikan:

Beri kesadaran bahwa perilaku itu adalah hal negatif yang dimurkai Allah dan harus dibuang sejak awal agar tidak menjadi bibit negatif bagi dirinya dan masa depannya sendiri.
Beri kesadaran bila sering melihat aurat bisa menjadi penyakit akal dan jiwa.
Ajak anak untuk berdialog apa guna Allah menciptakan mata, yaitu untuk melihat hal-hal yang baik. Kelak, mata kita akan ditanya oleh Sang Pencipta untuk apa dia digunakan.
 
Setelah itu, ajak anak untuk beristighfar, memohon ampun kepada Allah dan berjanji untuk tidak lagi melihat video seperti itu.

Buat kondisi anak merasa nyaman dengan Anda selaku orangtuanya, sampai ia tidak sadar kalau Anda sedang menginterogasinya, terlebih bila dialog itu dilakukan sambil menyantap kue kesukaan. Gunakan nada suara rendah ketika berbicara dengan anak. Hal ini untuk menyamakan gelombang alfa yang ada di otak anak, sehingga tidak timbul gap antara orangtua dan anak. Dengan kalimat yang tidak menekan si anak, tanyakan bagaimana ia bisa sampai melihat video tersebut? Apakah karena sengaja atau tidak? Jangan kaget mengapa bisa ada unsur ketidak-sengajaan, begitu banyak jebakan link video di internet yang memancing pengguna internet untuk nge-klik.

3. Beri kesibukan anak dengan kegiatan positif.

Saya teringat dengan ucapan ibu Elly Risman (psikolog), beliau mengatakan:

Anak yang sempat melihat situs
adegan dewasa bisa dipastikan tetap menyimpan pengalaman itu dalam benaknya. Memori ini dapat sesekali muncul kapan saja pada waktu dia sedang tidak sibuk.

Oleh karena itu, berilah ia kesibukan yang memancing kreativitasnya. Ajaklah anak untuk lebih banyak melakukan aktivitas fisik di luar rumah, misalnya bergabung dengan klub olahraga, klub sains, klub seni untuk lebih mengembangkan minat, bakat dan kemampuan sosialisasi anak. Aktivitas permainan yang berinteraksi dengan alam juga baik dalam mengembangkan kematangan emosional anak. Dengan demikian lambat laun anak tidak akan sempat lagi mikir yang tidak-tidak tentang apa yang pernah dilihatnya. Jangan lupa, tanamkan pula nilai-nilai moral dan agama pada anak agar anak mulai mengembangkan diri mengontrol perilakunya.

4. Tingkatkan pengawasan dan perlindungan anak.

Dengan adanya peristiwa ini, maka ada beberapa hal yang perlu ibu lakukan, diantaranya:

Rutin diskusi dengan anak tentang kualitas pertemanan. Sehingga ibu bisa mengetahui siapa dan bagaimana sifat teman-temannya. Ajarkan bagaimana menjaga jarak (tanpa harus memusuhi) terhadap teman-temannya yang mempunyai potensi masalah. Contoh peristiwa akibat salah berteman: “Akibat sering nonton film
adegan dewasa, 5 anak SD cabuli temannya”.

Rutin melakukan monitoring dengan menanyakan apa saja kegiatannya selama di rumah atau saat ia bersama teman-temannya di luar rumah. Beri pengertian padanya bahwa hendaknya ia tetap bisa memegang janjinya dengan tidak mengkhianati kepercayaan orang tua.

Bila memang ponsel benar-benar diperlukan agar bisa tetap berkomunikasi kapan saja, berikanlah ponsel untuk anak yang tidak memiliki fitur lengkap, seperti bisa mengakses internet atau mendownload foto atau video.
 
Amankan PC atau laptop di rumah dengan menggunakan software aplikasi yang diunduh dan diinstal untuk hal yang berhubungan dengan internet dan browsing, yang telah dirancang dengan filter hal-hal yang bersifat vulgar, adegan tak layak, ataupun hal-hal negatif lainnya.
Meletakkan PC yang tersambung dengan internet di ruangan yang terlihat oleh banyak orang di rumah.
 
Sabar mendampingi anak ketika ia menggunakan internet, sehingga kesalahan dalam “meng-klik” materi yang tidak seharusnya, bisa diminimalisir.
 
Menyimpan fasilitas internet ketika orangtua tidak ada di rumah, sehingga anak tidak bisa menggunakan internet tanpa pengawasan dari orangtua. Tekankan penggunaan internet hanya untuk hal-hal penting, seperti mengumpulkan data atau informasi pelajaran.
 
Kalaupun terpaksa membuka akses internet karena adanya tugas dari sekolah, maka rutinlah memeriksa history.
 
Jangan segan-segan melakukan inspeksi mendadak. Contoh peristiwa akibat lengahnya orangtua: “Cabuli 13 teman, murid kelas 6 SD mengaku pernah nonton video adegan dewasa di hp ayah”.

Demikian sharing dari saya, semoga bermanfaat.
Semoga Allah senantiasa menjaga putra-putri kita dan dijauhkan dari musibah.

sumber: iwanyuliyanto.co

Post a Comment

Powered by Blogger.