Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam acara peluncuran survei nasional Kerukunan Umat Beragama 2015 di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta Pusat, Rabu (10/2/2016), foto; kompas.com |
Newsacehtoday.ml - Tabel alfabetis atau angka kerukunan umat beragama tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 0,12 poin dibandingkan dengan tahun 2015, demikian hasil survei Kementerian Agama.
Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Prof Abd. Rahman Mas’ud mengatakan, survei mengukur tiga indikator utama yaitu toleransi, kesetaraan, dan kerja sama. “Hasil survei juga menemukan hubungan positif antara keterlibatan tokoh agama dan organisasi keagamaan dengan kerukunan umat beragama,” kata Mas’ud dalam penjelasannya yang disampaikan saat mengisi pengajian bulanan Muhammadiyah di Menteng, Jakarta..
Isu tolerasi dan kerukunan antarumat beragama, belakangan menjadi isu nasional menyusul beberapa kasus intolerasi. Kasus yang menarik perhatian adalah kasus penistaan agama yang diduga dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Dikutip Suara Muhammadiyah, Masud menjelaskan, survei menunjukan tingkat kerukunan umat beragama di Indonesia cukup tinggi meskipun sepanjang tahun 2016 sempat terjadi beberapa gesekan kecil di akar rumput. Selain itu, hasil survei juga menemukan hubungan positif antara keterlibatan tokoh agama dan organisasi keagamaan dengan kerukunan umat beragama.
“Kepercayaan umat beragama terhadap tokoh agama memiliki indikator yang tinggi sebesar 68,65 persen. Kepercayaan umat beragama terhadap orang dari suku berbeda 73,71 persen. Sedangkan kepercayaan umat beragama terhadap penganut agama lain sebesar 77,09 persen,” kata Masud.
Survei ini juga menyatakan bahwa responden yang aktif dalam organisasi sosial keagamaan memiliki tabel kerukunan yang lebih tinggi dibanding yang tidak terlibat aktif berorganisasi. Komunitas tempat berorganisasi menularkan virus positif pada anggotanya.
Indonesia, ujar Mas’ud sangat patut bersyukur karena memiliki dua ormas Islam berpaham moderat terbesar, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Kedua organisasi yang sangat setia pada negara ini melakukan banyak tugas yang seharusnya diemban oleh negara dan sekaligus menjadi control atau penyeimbang bagi pemerintah.
Menurutnya, negara Islam sekalipun belum tentu mempunyai ormas Islam yang sangat mengakar dan dapat menyemai nilai-nilai universalitas Islam. “NU dan Muhammadiyah telah membuktikan pengamalan Islam yang penuh kedamaian, Islam yang ramah, Islam yang senyum (smiling Islam),” tuturnya.
Selain organisasi Islam, Indonesia juga memiliki kearifan local (local wisdom) yang tetap lestari. “Masyakat Indonesia beruntung, karena mempunyai faktor yang merukunkan. Salah satunya adalah kearifan local yang hampir ada di berbagai daerah dan suku di Indonesia,” ujar Mas’ud.
Selain angka kerukunan itu, hasil kajian Balitbang Diklat Kemenag menyebutkan beberapa penyebab ketidakrukunan atau disharmoni antar umat beragama. Hal itu dipengaruhi oleh faktor non-agama dan faktor agama.
Faktor non-agama di antaranya karena adanya kesenjangan ekonomi, kepentingan politik, konflik sosial dan budaya. Sedangkan faktor agama, seperti terkait polemik izin pendirian rumah ibadah, metode penyiaran agama, dan perkawinan antar pemeluk agama yang berbeda.
sumber: rimanews.com
Post a Comment