![]() |
Foto: artikelsiana |
Syarat Sah Membaca Al-Fatihah
Aqidah dan Ketauhidan Ajaran Rasulullah
Manifestasi dari makna penghambaan kita kepada Allah tercermin dalam penghambaan kita kepada-Nya dalam bentuk ibadah. Ibadah yang dimaksud disini adalah dalam bentuk dan makna yang orisinil. Bukan dalam makna sebagaimana yang difahami oleh banyak orang saat ini.
Saat ini kata ibadah hanya didefinisikan secara parsial, sehingga esensi dari makna ibadah itu sendiri bias. Dan makna ibadah yang difahami saat ini hanyalah sebatas ritual-ritual peribadatan semata. Seperti shalat, zakat, puasa, haji dan ibadah lainnya yang hanya bersifat ritual.
Dalam kitab Fikih Pergerakan, Sayyid Qutb menjelaskan bahwa, tatkala makna din (Agama) dan makna ibadah berubah di benak umat Islam, mereka memahami bahwa ibadah kepada selain Allah – yang menjadikan seseorang keluar dari Islam ke jahiliyah – adalah hanya berupa mempersembahkan ritual-ritual peribadatan kepada selain Allah, seperti mempersembahkan kepada berhala-berhala atau arca-arca! Sehingga, jika seseorang menjauhi perilaku ini maka ia benar-benar telah terbebas dari kemusyrikan dan jahiliyah; ia menjadi seorang Muslim yang tidak boleh dikafirkan! Sehingga, ia juga berhak memperoleh semua hak-hak layaknya diperoleh seorang Muslim dalam tatanan masyarakat islam: terpeliharanya darah, kehormatan, dan harta bendanya, serta hak-hak seorang Muslim atas Muslim lainnya.
Pemahaman seperti itu adalah batil, bias, dan reduktif. Bahkan, pemaknaan itu merupakan penggantian dan perubahan makna lafaz ibadah yang menjadi barometer masuk dan keluarnya seorang Muslim dari Islam.
Makna ibadah yang asli adalah ketundukan total kepada Allah Subhanahu wata’ala dan menolak tunduk kepada selain Allah dalam segala urusan.
Oleh karena barometer kehambaan seseorang itu diukur dari ibadahnya seseorang. Maka sudah selayaknya bagi kita untuk introspeksi diri, apakah kita sudah menjadi hamba yang Allah yang sebenarnya? Dan melakukan peribadatan sesuai dengan yang diperintahkan Allah kepada kita. Dan sudahkah kita tunduk secara total kepada Allah? Dengan menyerahkan semua ihwal kehidupan kita kepada Allah dengan menyuburkan sikap tawakkal kita kepada Allah SWT? Serta sudahkah kita mengambil aturan hidup yang sesuai dengan manhaj yang telah dibawa oleh Rasulullah…
Kalau kita belum mampu mewujudkannya dalam kehidupan kita, lantas, mengapa kita begitu berani mengaku sebagai hamba Allah. Padahal dalam kehidupan sehari-hari kita masih begitu jauh dari tuntutan dan tuntunan yang telah Allah berikan.
Mengaku diri sebagai hamba Allah memang begitu mudah, cuma yang selalu menjadi tanda tanya besar bagi kita dalam hidup ini adalah maukah Allah mengakui kita sebagai hamba-Nya. Jangan-jangan kita hanya manusia yang tidak tahu malu, mengaku sebagai hamba Allah, tetapi kita selalu saja melanggar larangan Allah dan meninggalkan perintah-nya. Na’uzubillah…
Namun, bagaimana pun, Allah melarang kita untuk berputus asa dari rahmat-Nya. Oleh karenanya, marilah kita untuk senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya dan memohon pengakuan-Nya akan penghambaan kita kepada-Nya. Sehingga kita menjadi hamba Allah yang sebenarnya yang diberkahi setiap langkah kita di dunia ini dalam menggapai kebahagiaan di akhirat kelak. Allahumma amin…
Post a Comment