Surat itu bertulisan, ”Gw Jenni Septeria lahir tanggal 15 September 1987. Gw berharap saat bangun tidur besok di dalam kamar gw sudah ada duit kertas rupiah yang masih bagus layak pakai yg jumlahnya bisa membawa gw dan Bora mendapatkan kebebasan finansial.”
”Ada empat lembar kertas sobekan itu,” ujar Kasatreskrim Polres Depok Kompol Teguh Nugroho kemarin (25/3).
”Kami selidiki mereka beli apa,” tambahnya.
Keduanya ditemukan sudah tak bernyawa oleh sang ayah, Tunggul Sianipar, di rumahnya, Jalan Melati Raya No 5, RT 5, Depok, sekitar pukul 17.00.
Saat itu Tunggul ingin membangunkan anaknya karena keduanya minta izin untuk tidur pada pukul 10.00. Sebelumnya, kakak beradik itu memang berpesan untuk tidak diganggu.
Meski mereka berkali-kali dipanggil, tak ada jawaban. Pintu kamar pun terkunci. Orang tua korban lantas memanggil menantunya, Ida Nurbaiti, yang tinggal di Beji, Kota Depok, untuk membuka pintu kamar tersebut.
Tetangga juga dipanggil untuk mendobrak pintu. Setelah pintu berhasil dibuka, kakak beradik itu ditemukan tergeletak di ranjang. Keluarga kemudian memanggil pimpinan Puskesmas Depok Jaya untuk memastikan kondisi korban.
Saat ditemukan, kedua korban telentang di atas kasur tempat tidur. Mereka menggunakan pakaian lengkap.
Hadi, 45, sopir kakak ipar korban, menambahkan, kedua korban dikenal tertutup terhadap keluarga.
”Kedua korban sangat dekat, mempunyai ikatan batin yang kuat seperti anak kembar,” tambahnya.
Perilaku kakak beradik itu berubah sepeninggal sang ibu pada 2011. Perubahan perilaku mereka mencapai puncaknya saat sang ayah kembali menikah.
Kapolres Depok Kombespol Dwi-yono menduga kedua korban bunuh diri. Salah satu indikasinya, ada dua gelas bekas minuman, minyak oles, dan vitamin.
Kapolsek Pancoranmas Kompol Tata Irawan menambahkan, polisi masih mendalami penyebab kematian kakak adik tersebut. Dari informasi keluarga, lanjut dia, korban sebelumnya memang sakit tifus. Selain terlilit masalah ekonomi, bisa jadi korban tidak tahan dengan sakit yang diidap.
Post a Comment