Newsacehtoday.ml - Menurut hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) kembali menempatkan calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat sebagai pasangan yang terpuruk dalam Pilkada DKI 2017. Survei terbaru mereka kemarin menyebutkan elektabilitas Ahok-Djarot terus melorot selama sebulan terakhir, dan survei itu tidak mengejutkan.
Selama sebulan terakhir, paling tidak sudah tiga kali LSI mengeluarkan hasil survei yang menempatkan Ahok-Djarot sebagai pasangan yang kalah dibandingkan dua pasangan lainnya, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Selasa, 4 Oktober silam, LSI mengumumkan, Ahok-Djarot berpotensi kalah bertarung dalam Pilkada DKI 2017. Empat hari kemudian, LSI menyusulkan survei terbarunya yang kembali menempatkan Ahok-Djarot sebagai pasangan looser.
Berbeda dengan hasil survei sebelumnya, survei LSI kala itu menyebut dengan terang Ahok-Djarot akan kalah jika bertarung dengan pasangan Agus-Sylviana. Dan kemarin, LSI kembali mengeluarkan hasil survei terbaru dan menyebut tingkat keterpilihan Ahok-Djarot terus melorot. LSI menyebut, salah satu pemicunya adalah aksi demo 4 November, dan Ahok-Djarot disebut-sebut tidak mendapat dukungan pemilih Muslim.
Selama sebulan terakhir, paling tidak sudah tiga kali LSI mengeluarkan hasil survei yang menempatkan Ahok-Djarot sebagai pasangan yang kalah dibandingkan dua pasangan lainnya, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Selasa, 4 Oktober silam, LSI mengumumkan, Ahok-Djarot berpotensi kalah bertarung dalam Pilkada DKI 2017. Empat hari kemudian, LSI menyusulkan survei terbarunya yang kembali menempatkan Ahok-Djarot sebagai pasangan looser.
Berbeda dengan hasil survei sebelumnya, survei LSI kala itu menyebut dengan terang Ahok-Djarot akan kalah jika bertarung dengan pasangan Agus-Sylviana. Dan kemarin, LSI kembali mengeluarkan hasil survei terbaru dan menyebut tingkat keterpilihan Ahok-Djarot terus melorot. LSI menyebut, salah satu pemicunya adalah aksi demo 4 November, dan Ahok-Djarot disebut-sebut tidak mendapat dukungan pemilih Muslim.
intip Berita lain:
Kondisi Ahok Hari Ini, Dimana-mana Ditolak Warga
Selama sebulan terakhir (Oktober-November) itu, survei LSI disela oleh hasil survei SMRC. Lembaga di bawah Saiful Mujani itu mengumumkan berdasarkan hasil survei, posisi pasangan Ahok-Djarot masih jauh lebih kokoh dibandingkan posisi dua pasang lawannya. SMRC dengan jelas menyatakan, tidak ada partai yang secara definitif bisa mengajukan penantang bagi Ahok-Djarot.
LSI dan SMRC adalah lembaga survei ternama. Baik Saiful maupun Denny JA pendiri LSI adalah dua orang yang dikenal sebagai intelektual. Bertahun-tahun yang lalu, keduanya pernah bergabung dalam satu lembaga survei bernama Lembaga Survei Indonesia sebelum pecah kongsi. Denny keluar dari LSI yang lama, sementara Saiful bertahan hingga mendirikan SMRC (Saiful Mujani Research and Consulting). Hasil survei dari kedua lembaga itu juga sering berhadap-hadapan.
Selama sebulan terakhir (Oktober-November) itu, survei LSI disela oleh hasil survei SMRC. Lembaga di bawah Saiful Mujani itu mengumumkan berdasarkan hasil survei, posisi pasangan Ahok-Djarot masih jauh lebih kokoh dibandingkan posisi dua pasang lawannya. SMRC dengan jelas menyatakan, tidak ada partai yang secara definitif bisa mengajukan penantang bagi Ahok-Djarot.
LSI dan SMRC adalah lembaga survei ternama. Baik Saiful maupun Denny JA pendiri LSI adalah dua orang yang dikenal sebagai intelektual. Bertahun-tahun yang lalu, keduanya pernah bergabung dalam satu lembaga survei bernama Lembaga Survei Indonesia sebelum pecah kongsi. Denny keluar dari LSI yang lama, sementara Saiful bertahan hingga mendirikan SMRC (Saiful Mujani Research and Consulting). Hasil survei dari kedua lembaga itu juga sering berhadap-hadapan.
Intip Berita lain:
Kasus ini pernah terjadi sekitar lima tahun yang lalu ketika mencuat kasus korupsi di Kementerian Pemuda dan Olahraga yang melibatkan tiga kader Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, Andi Mallarangeng, dan Angelina Sondakh. Saat itu, LSI Denny mengeluarkan hasil survei yang menyebutkan, suara Demokrat mengalami penurunan jumlah pemilih dari 20,5 persen (Januari 2011) menjadi 15,5 persen (Juni 2011). Adapun hasil survei LSI Saiful sebaliknya menyebutkan, jika pemilu digelar akhir Mei 2011, suara Demokrat tetap unggul dibanding partai lain, meskipun ada penurunan.
Tapi dua lembaga itu bisa juga satu suara. Itu pernah kejadian menjelang Pemilu 2009.
Menggunakan bendera Lembaga Studi Demokrasi, Denny membuat iklan “Pilpres Satu Putaran Saja” yang diumumkan bersama keluarnya hasil survei LSI yangmengunggulkan popularitas pasangan SBY-Boediono, ketimbang pasangan capres lain. Begitu juga dengan hasil survei dari LSI Saiful yang menempatkan SBY-Boediono di urutan teratas dengan dukungan 70 persen suara.
Menariknya, Saiful mengaku surveinya diongkosi oleh Fox, lembaga konsultan politik milik Mallarangeng Bersaudara dan dikenal luas sebagai konsultan politik pasangan SBY-Boediono saat itu. Dia bahkan menjelaskan, ongkos survei tergantung berapa banyak jumlah responden yang dikehendaki. Semakin banyak semakin mahal. Ancar-ancarnya: untuk 1.500 responden, ongkosnya mencapai Rp 500 jutaan.
Dengan berpatokan pada keterangan Saiful itu, lembaga survei sebetulnya adalah lembaga bisnis biasa yang berorientasi mencari untung. Mereka menjual kemungkin-kemungkinan yang disajikan dalam bentuk prediksi angka-angka. Dan karena hanya kemungkinan, hitungan dan hasil survei dari lembaga survei bisa mengaduk-aduk emosi publik meskipun hasil akhirnya bisa meleset.
Kemenangan Donald Trump atas Hillary Clinton dalam pemilihan presiden Amerika Serikat dua hari yang lalu menunjukkan bahwa hasil survei tidak pernah pasti menentukan hasil akhir. Trumph yang sebelum pemilihan selalu ditempatkan di posisi terbawah oleh banyak hasil survei, ternyata mengangkangi perolehan suara Hillary bahkan di kantong-kantong utama pendukung Hillary.
Kini, di musim Pilkada DKI 2017, LSI Denny dan SMRC mulai menyampaikan hasil survei mereka kepada publik tentang unggul-tidaknya tiga pasangan calon gubernur yang bertarung. Keduanya sama-sama mengaku independen, tidak dibayar dan netral meskipun hasil survei mereka berbeda. Benarkah?
Seorang petinggi di satu lembaga survei kepada Rimanews menjelaskan, dalam pilpres maupun pilkada, sudah biasa satu pasangan calon menyewa dua atau lebih lembaga survei. Tapi dengan penjelasannya itu, tak berarti LSI Denny dan SMRC menjadi konsultan politik dari satu pasangan calon Gubernur DKI Jakarta yang sama.(rimanews.com)
Tapi dua lembaga itu bisa juga satu suara. Itu pernah kejadian menjelang Pemilu 2009.
Menggunakan bendera Lembaga Studi Demokrasi, Denny membuat iklan “Pilpres Satu Putaran Saja” yang diumumkan bersama keluarnya hasil survei LSI yangmengunggulkan popularitas pasangan SBY-Boediono, ketimbang pasangan capres lain. Begitu juga dengan hasil survei dari LSI Saiful yang menempatkan SBY-Boediono di urutan teratas dengan dukungan 70 persen suara.
Menariknya, Saiful mengaku surveinya diongkosi oleh Fox, lembaga konsultan politik milik Mallarangeng Bersaudara dan dikenal luas sebagai konsultan politik pasangan SBY-Boediono saat itu. Dia bahkan menjelaskan, ongkos survei tergantung berapa banyak jumlah responden yang dikehendaki. Semakin banyak semakin mahal. Ancar-ancarnya: untuk 1.500 responden, ongkosnya mencapai Rp 500 jutaan.
Dengan berpatokan pada keterangan Saiful itu, lembaga survei sebetulnya adalah lembaga bisnis biasa yang berorientasi mencari untung. Mereka menjual kemungkin-kemungkinan yang disajikan dalam bentuk prediksi angka-angka. Dan karena hanya kemungkinan, hitungan dan hasil survei dari lembaga survei bisa mengaduk-aduk emosi publik meskipun hasil akhirnya bisa meleset.
Kemenangan Donald Trump atas Hillary Clinton dalam pemilihan presiden Amerika Serikat dua hari yang lalu menunjukkan bahwa hasil survei tidak pernah pasti menentukan hasil akhir. Trumph yang sebelum pemilihan selalu ditempatkan di posisi terbawah oleh banyak hasil survei, ternyata mengangkangi perolehan suara Hillary bahkan di kantong-kantong utama pendukung Hillary.
Kini, di musim Pilkada DKI 2017, LSI Denny dan SMRC mulai menyampaikan hasil survei mereka kepada publik tentang unggul-tidaknya tiga pasangan calon gubernur yang bertarung. Keduanya sama-sama mengaku independen, tidak dibayar dan netral meskipun hasil survei mereka berbeda. Benarkah?
Seorang petinggi di satu lembaga survei kepada Rimanews menjelaskan, dalam pilpres maupun pilkada, sudah biasa satu pasangan calon menyewa dua atau lebih lembaga survei. Tapi dengan penjelasannya itu, tak berarti LSI Denny dan SMRC menjadi konsultan politik dari satu pasangan calon Gubernur DKI Jakarta yang sama.(rimanews.com)
Post a Comment