Halloween party ideas 2015

Hukum Menyentuh Jenazah Yang Telah Disucikan Bagi Keluarga Non Muslim


Bolehkah Keluarga Lain Aqidah Menyentuh Jenazah Yang Telah Disucikan?
Foto: Abu Fahd - WordPress.com

Agama - Bolehkah keluarga lain aqidah menyentuh jenazah yang telah disucikan?

Embak Firoh yang tinggal di Arab Saudi bertanya; ada seorang wanita atau laki-laki meninggal dan jenazah tersebut sudah disucikan bahkan sudah di wudhu'kan lalu ada non muhrim yang menyentuh jenazah tersebut itu hukumnya bagaimana boleh apa tidak?

Majlis Ta'lim Tanah Merah (MTTM), menjawab:
Sudah kita ketahui bersama, bahwasanya salah satu yang membatalkan wudhu’ dalam mazdzhab kita  penganut  Imam As_Syafi’I adalah persentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim (mahrom), hal ini sebagaimana diterangkan dalam kitab-kitab fiqih adalah: 

BACA:  Rasa Sakit Luar Biasa Saat Berpisah Dengan Nyawa

(1). Hukum menyentuh jenazah non muhrim hukumnya haram (tidak boleh).

(2). Wudhu’nya jenazah tersebut tidaklah batal di sebabkan di sentuh non muhrim karena orang yang sudah meninggal sudah tidak ada tuntutan atau tidak terkena hukum taklifi. Jadi tidak usah di ulang lagi. Dan yang batal hanya bagi orang yang menyentuh saja.

Dasar Pengambilan (1). Oleh Al_Ustad PB_Tassbíihh@:
ada seorang wanita atau laki-laki meninggal dan jenazah tersebut sudah disucikan bahkan sudah di wudhu'kan lalu ada non muhrim yang menyentuh jenazah tersebut itu hukumnya bagaimana boleh apa tidak? Apa jenazah tersebut harus disucikan lagi apa tidak?

ﻭﻻ ﻓﺮﻕ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺑﻴﻦ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺑﺸﻬﻮﺓ ﺃﻭ ﺇﻛﺮﺍﻫﺎ ﺃﻭ ﻧﺴﻴﺎﻥ، ﺃﻭ ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻣﻤﺴﻮﺣﺎ ﺃﻭ ﺧﺼﻴﺎ ﺃﻭ ﻋﻨﻴﻨﺎ، ﺃﻭ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻋﺠﻮﺯﺍ ﺷﻮﻫﺎﺀ، ﺃﻭ ﻛﺎﻓﺮﺓ ﺑﺘﻤﺠﺲ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻩ، ﺃﻭ ﺣﺮﺓ ﺃﻭ ﺭﻗﻴﻘﺔ، ﺃﻭ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻣﻴﺘﺎ، ﻟﻜﻦ ﻻ ﻳﻨﺘﻘﺾ ﻭﺿﻮﺀ ﺍﻟﻤﻴﺖ. الإقناع . الجز 1. صفحة 56

Dasar Pengambilan (2). Oleh Al_Ustad  Farid Muzakki@:

ﺗﻼﻗﻲ ﺑﺸﺮﺗﻲ ﺫﻛﺮ ﻭﺃﻧﺜﻰ ﻭﻟﻮ ﺧﺼﻴﺎ ﻭﻋﻨﻴﻨﺎ ﻭﻣﻤﺴﻮﺣﺎ ﺃﻭ ﻛﺎﻥ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻣﻴﺘﺎ ﻟﻜﻦ ﻻ ﻳﻨﺘﻘﺾ ﻭﺿﻮﺀﻩ. ﻓﺘﺢ ﺍﻟﻮﻫﺎﺏ ﺑﺸﺮﺡ ﻣﻨﻬﺞ ﺍﻟﻄﻼﺏ ﺍﻟﺠﺰﺀ 1 ﺍﻟﺼﻔﺤﺔ 10 ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻔﻜﺮ ﻭ ﺛﺎﻟﺜﻬﺎ .

Referensi Kitab:

(1). Al_Iqna’. Juz 1. Hal 56.

(2).  Fathul Wahab. Juz 1. Hal 10.

(3). Al_Majmu’ Syarah Muhazdzab. Juz 5. Hal 176.

(4). Syarhul Bahjah Al_Wardiyah. Juz 2. Hal 41.

(5). Al_Majmu’ Syarah Muhazdzab. Juz 7. Hal 141.

(6). Hawaasyi As-Syarwaani. Juz 3. Hal 109.

(7). Hasyiyah I’anah Ath-Thalibin juz 1. Hal 64.
 



Post a Comment

Powered by Blogger.